Senin, 30 Mei 2011

PERSALINAN SUNGSANG

PERSALINAN SUNGSANG

Jenis Persalinan Sungsang
Persalinan pervaginam dibagi 3 (tiga), yaitu :
1. Persalinan Spontan.
2. Manual Aid.
3. Ekstraksi Sungsang.

Prosedur Pertolongan Persalinan Normal
1. Tahap pertama : Fase lambat, fase ini hanya untuk melahirakan bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
3. Fase Ketiga : Fase lambat, karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) kedunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan.

Prosedur Manual Aid
1. Tahapan pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua, lahirnya bahu dengan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara / teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
 Klasik
 Mueller
 Lovset
 Bickenbach



Prosedur Ekstrasi Sungsang
Teknik Ekstraksi Kaki
 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.
 Kedua tangan penolong memegang betis janin.
 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang dan jari lain didepan paha.
 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir.
 Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai teknik pegangan Femuro-Pelviks, sehingga badan janin ditarik kebawah sampai pusar lahir.
 Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.

Teknik Ekstraksi Bokong
 Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong murni dan bokong sudah berada didasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
 Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dipelipatan paha depan.
 Jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.
 Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Femuro-Pelviks, kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual.

Pennyulit
1. Sufoksia : terjadi pengecilan rahin sehingga teriadi bangghuan sirkulaso pleceuba dan menimbulkan anoksia janin.
2. Asfiksia Fetalis, mengecilnya uterus pada pada waktu badan janin lahir yang menimbulkan anoksia.
3. Kerusakan jaringan otak, trauma pada otak janin, khususnya pada panggul sempit atau adanya serviks yang belum membuka lengkap atau kepala kanin yang dilahirkan secara mendadak,. Sehingga muncul dekomprese.
4. Fraktur pada tulang-tulang janin :
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
 Fraktur tulang-tulang kepala.
 Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit.
 Paralisis brankialis.
 Fraktur femur
 Dislokasi bahu.
 Dislokasi panggul, terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi
 Hematoma otot-otot.
Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup berat maka perlu dilakukan evaluasi obstertrik dengan teliti sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam.

Prosedur Persalinan Sungsang Per Abdominan
 Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea merupakan cara yang terbaik.
 Tidak semua letak sungsang harus dilahirkan per abdominan karena sangat sukar untuk melakukan penilaian.
 Kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan letak sungsang harus dilahirkan per abdominan.
• Primigravida tua
• Nilai social janin tinggi
• Riwayat persalinan yang buruk
• Janin besar, lebih dari 3,5 – 4 kg
• Adanya kesempatan panggul
• Prematuritas

Sumber : Buku Ilmu Bedah Kebidanan




















PERSALINAN SUNGSANG
 Kaji ulang kondisi. Yakinkan bahwa semua kondisi untuk persalinan aman pervaginam terpenuhi.
 Berikan dukungan emosional.
 Persiapan sebelum tindakan : untuk pasien,penolong (operator dan asisten) kelahiran bayi.pasang infus.
 Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
 Lakukan semua prosedur dengan halus.

Bokong sempurna (fleksi) atau bokong dengan ekstensi kaki (Frank Brrech)
Melahirkan Bokong dan Kaki
 Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap, suruh ibu mnengedan bersamaan dengan his.
 Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomi.
 Biarkan bokong sampai scapula kelihatan.
 Pegang bokong hati-hati, jangan lakukan penarikan.
 Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan jalan :
• Tekan belakang lutut
• Genggam tumit dan lahirkan kaki
• Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
 Pegang pinggul bayi tetapi jangan tarik, dan lahirkan lengan dengan teknik Bracht.

Melahirkan Lengan
Lengan berada di dada bayi
 Biarkan lengan spontan satu demi satu. Jika perlu berikan bantuan.
 Jika lengan pertama lahir, angkat bokong kea rah perut ibu agar kedua lahir spontan.
 Jika lengan tidak lahir spontan, tempatkan 1 atau 2 jari di siku bayi dan tekan., agar tangan turun melewati muka.

Lengan lurus ke atas kepala atau terjungkit dibelakang kepala
 Gunakan perasat / cara Lovset

Badan bayi tidak dapat diputar
Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu belakang/posterior lebih dulu dengan jalan :
 Pegang pergelangan kaki dan angkat keatas.
 Lahirkan bahu belakang.
 Lahirkan lengan dan tangan
 Pegang pergelangan kaki dan tarik kebawah.
 Lahirkan bahu dan lengan depan.

Melahirkan Kepala
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau Smeilie Veit
 Masukkan tangan kiri penolong kedalam vagina.
 Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda (untuk penolong kidal letakkkan bayi diatas tangan kanan).
 Letakkan jari telunjuk dan jari manis pada maksila bayi dan jari tengah di mulut bayi.
 Tangan kanan memegang / mencengkeram tengkuk bahu bayi, dan jari tengah mendorong oksipital sehingga kepala menjadi fleksi.
 Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan gerakan memutar sesuai dengan jalan lahir.
Catatan : Minta seorang asisten menekan atas tulang pubis ibu sewaktu melahirkan kepala.
 Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) keatas untuk melahirkan mulut, hidung dan seluruh kepala.

Kepala Yang Menyusul
 Kosongkan kandung kemih.
 Pastikan pembukaan lengkap.
 Bungkus bayi dengan kain dan minta asisten memegangnya
 Pasang cunam biparietal dan lahirkan kepala dalam keadaan fleksi.
 Jika cunam tidak ada, tekan supraismfisis agar kepala fleksi lahir.

Bokong Kaki (Footling Breech)
Janin dengan presentasi bokong kaki, sebaiknya dilahirkan dengan seksio sesarea.

Ekstraksi Bokong
Dikerjakan pada presentasi bokong murni dan bokong sudah turun didasar panggul, kalla II tidak maju, atau keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera lahir.

Perawatan Pasca Persalinan

Sumber : BukuPanduan Praktis Pelayanan Kebidanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal

Jumat, 27 Mei 2011

KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI

Pengertian Kemitraan
Di Indonesia istilah kemitraan masih relative baru, namun dalam prakteknya istilah ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dengan istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya adalah kemitraan, yakni kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Selanjutnya gotong royong sebagai “praktek individual” ini berkembang menjadi koperasi, koalisi, aliansi, jejaring (net working), dan sebagainya. Istilah- istilah ini sebenarnya sebagai perwujudan dari kerjasama antar individu atau kelompok yang saling membantu, saling menguntungkan dan secara bersama-sama meringankan pencapaian suatu tujuan yang telah mereka sepekati bersama.
Pengertian kemitraan menurut Robert Davies, adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing- masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. (Notoatmodjo, 2003:105). Dari batasan ini ada tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a) kerjasama antara kelompok, organisasi, dan individu 2) bersama- sama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) 3) saling menanggung resiko dan keuntungan. Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut: 1) kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) saling mempercayai dan saling menghormati, 3) tujuan yang jelas dan terukur 4) kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya lain.
Konsep kemitraan yang diuraikan di atas, senantiasa diperhadapkan berbagai tangtangan atau hambatan dalam hal ini pelaku medis tradisional yaitu dukun bayi, salah satu penolong persalinan dan warga masyarakat yang banyak berperan dalam pertolongan persalinan (Kalangie, 1987, Foster 1969).
- Pengertian Dukun Bayi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992:205).
- Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang dengan persyaratan tertentu telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Pengertian Bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relative sangat muda, dan pengalaman mereka juga belum banyak dan masih kurang dewasa. Sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan, masih diterima oleh masyarakat, maka tidak mustahil jika masyarakat lebih percaya menggunakan dukun bayi dibanding dengan bidan, dalam hal memeriksa kehamilan dan menolong persalinan.
- Pengertian Alih Peran
Tugas Bidan Di desa (BDD) adalah melakukan kerjasama dengan Dukun Bayi agar dapat mengambil alih persalinan yang semula ditangani oleh dukun bayi beralih ditangani BDD. Alih peran dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengalihan dan efektifitas dalam melakukan persalinan dan keselamatan bayi lahir yang pada umumnya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes)

Senin, 23 Mei 2011

Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu

Pemeliharaan kesehatan pada calon ibu :
1.Perkawinan sehat.
2.Keluarga sehat.
3.Sistem Reproduksi dan masalahnya.
4.Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.
5.Yankes pada anak.
6.Yankes reproduksi.

Perkawinan sehat

•Suatu perkawinan yang sehat diperlukan kesiapan fisik dan mental bahwa perkawinan bukan hanya sekedar hubungan suami istri tapi juga memberikan buah untuk menghasilkan keturunan dan bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan.

•Persiapan untuk sebuah perkawinan perlu disampaikan pada saat remaja sebagai calon ibu.

•Menurut UU perkawinan no. 1 tahun 1979 batasan usia menikah min. 16 tahun untuk perempuan dan min. 18 tahun untuk laki-laki. Sedangkan rancangan batasan umur menikah adalah min. 25 tahun untuk laki-laki dan min. 20 tahun untuk perempuan.

Keluarga sehat
Adalah keluarga ideal yang hidup dilingkungan sehat, berperilaku sehat dan mempunyai akses yang mudah pada yankes. Jumlah keluarga ideal adalah suami, isteri dan 2 anak.

Indicator potensi keluarga sehat
1.Tersedianya sarana air bersih dan jamban keluarga.
2.Lantai rumah bukan dari tanah.
3.Peserta KB (untuk PUS).
4.Memantau tumbang balita.
5.Tidak ada anggota keluarga yang merokok.

Sistem Reproduksi dan masalahnya

•Tidak semua remaja memahami sistem Reproduksi manusia, membicarakan nya dianggap tabu di Beberapa kalangan remaja.

•Gangguan sistem Reproduksi yang biasa terjadi dari mulai gangguan haid, kelainan sistem Reproduksi dan penyakitnya termasuk PMS/HIV.
Penyakit yang berpangaruh terhadap kehamilan dan persalinan
Beberapa penyakit perlu diwaspadai, terutama yang berpengaruh pada kehamilan dan persalinan karena akan menimbulkan komplikasi pada ibu dan janinnya.
Sikap dan prilaku pada masa kehamilan / persalinan
•Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada kehamilan dan oersalinan.
•Perubahan sikap dan perilaku yang dapat mengganggu kesehatan diantanya gangguan psikologi, emosi berlebihan bahkan mungkin terjadinya gangguan jiwa.
•Kehamilan yang tidak diinginkan berpeluang besar terhadap terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang merugikan kesehatan.
Pelayanan kespro PUS dan WUS
•WUS adalah wanita usia subur dengan batasan umur 15-49 tahun.
•PUS adalah pasangan suami dan istri yang dalam batasan usia subur.
•Perempuan merupakan kelompok rawan dalam kespro sehingga perlu perhatian Khusus.
•Peran dan tanggunga jawab laki-laki terhadap kesehatan perempuan.
•Pada saat sudah menarche itulah tanda wanita bisa hamil.
•Usia yang tepat untuk hamil, bersalin dan nifas adalah 25-35 tahun (Reproduksi sehat).
•Resiko Kematian wanita meningkat pada saat hamil, bersalin dan nifas, oleh karena itu perlu diwaspadai 3T, 4T, persalinan oleh dukun dan riwayat kesehatan ibu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan PUS dan WUS
•Prioritas pelayanan KB adalah PUS dan keadaan 4T.
•Tanggunga jawab dalam keikutsertaan berKB adalah tanggung jawab suami dan istri.
•Setiap merode kontrasepsi mempunyai keuntungan kerugian dan pelayanan KB harus memberikan nasehat dan konselingnya.
Pelayanan kespro pada menopause
•Masalah kespro pada lansia dirasakan oleh wanita Ketika masa suburnya berakhir (menopause) dan pada laki-laki Ketika mengalami disfungsi seksual dan kesuburan (andropause).
•Umur menopause pada wanita rata-rata 46-49 tahun dan andropause biasanya diatas 55 tahun.
•Biasanya wanita berusia 40 tahun haidnya tidak teratur dan dikatakan sudah tidak subur lagi oleh karena itu kemungkinan hamilnya kecil.
•4-5 tahun sebelum menopause disebut klimakterium dan wanita akan merasakan perubahan dalam tubuhnya. Tapi tidak semua wanita mengalaminya.
•Masalah kesehatan akibat menopause adalah hot fush, gangguan psikologi, gangguan panca indera, gangguan saluran kemih, kalainan kulit, rambut, gigi dll. Sedangkan dampak jangka panjang akibat Berkurangnya hormone estrogen adalah osteoporosi, kepikunan (dementia atau alzheimeir).
•Pencegahan masalah menopause antara lain pemeriksaan alat kelamin termasuk papsmear, perabaan payudara (sadari), hindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alcohol, olahraga dan refreshing.
Pelayanan kesehatan pada bayi dan balita
•Anak balita (0-5 tahun), BBL (0-28 hari) dan bayi (1-12 bulan) adalah Sasaran yang dilakukan bidan.
•Yankes yang diberikan mencakup tumbang dan keadaan kesehatannya.
Pelayanan kesehatan pada bayi
•Setelah masa neonates lewat, bayi sudah bisa dikatakan lewat masa adaptasi.
•Dilakukan kunjungan berkala pada BB oleh bidan, baik yang partusnya oleh bidan atau dukun.
•Pemantauan yang dilakukan disini yaitu perhatian terhadap tumbang (KMS) selain itu latihan pemberian makanan pendamping dan pemberian imunisasi dasar.
Pelayanan kesehatan pada bayi
•Dititikberatkan pada upaya preventif dan promotif daripada kuratif dan rehabilitatis.
•Pelayanan yang diberikan : pemeriksaan anak balita secara berkala, penyuluhan terhadap ortu menyangkut perbaikan gizi, kesling dan pengawasan tumbang, imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya, identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul dan cara menanggulanginya.

Selasa, 03 Mei 2011

GIZI BURUK

Kekurangan Gizi Masih Mengancam Balita Indonesia
Rabu, 27 April 2011 | 19:01 WIB
Besar Kecil Normal

TEMPO/Nickmatulhuda]
TEMPO Interaktif, Jakarta - Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di sisi lain, status gizi juga merupakan indikator pencapaian MGDs yaitu menurunkan balita kurang gizi dan konsumsi energi minimal. Gizi dibagi 2 yaitu gizi makro yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak, serta gizi mikro yang terdiri dari vitamin dan mineral.
"Masalah mal gizi mikro di Indonesia terutama vitamin A, yodium, anemi," ujar Dr Sandjaja, Kepala Riset Persatuan Ahli Gizi Indonesia saat temu wartawan dalam rangka kerja sama penelitian dengan Frisian Flag Indonesia, Selasa kemarin di Jakarta.

Kekurangan gizi adalah masalah yang membentuk lingkaran setan yang sulit diputus. Karena gizi buruk mengakibatkan kualitas kesehatan yang buruk sehingga mempengaruhi produktifitas seseorang. Sementara produktifitas menentukkan penghasilannya saat bekerja, yang artinya jika produktifitas rendah maka penghasilannya pun semakin rendah dan pada akhirnya menurunkan daya beli makanan bergizi.

"Penghasilan orang kurang gizi hanya 2/3 dari orang yang cukup gizi. Selain itu kurang gizi juga mempengaruhi IQ dan tinggi badan seseorang," ujar Sandjaja.

Berdasarkan riset kesehatan dasar 2010 terhadap anak Indonesia antara 0-4 tahun, lanjut Sandjaja, terdapat 18,4 persen yang mengalami kekurangan gizi. Sebanyak 9,8 persen anak kekurangan yodium, sebanyak 37 persen mengalami tumbuh pendek, dan sebanyak 13 persen anak Indonesia tergolong kurus.

"Permasalahan gizi hampir disemua negara sama yaitu karena konsumsi yang kurang dan penyakit. Konsumsi yang kurang biasanya karena pengetahuan orang tua ataupun akses perolehan makanan bergizi yang sulit," ungkap Sandjaja.

Daerah yang kondisi gizinya terparah di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimatan Barat, dan Papua Barat. Sedangkan daerah yang memiliki gizi paling baik adalah Yogyakarta dan Bali.

"Gizi makro yang paling kurang di Indonesia adalah proteinnya. Sedangkan gizi mikro yang masih kurang adalah vitamin A," pungkas Sandjaja. RENNY FITRIA SARI
GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
Tanda kurang gizi
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga.
Pertama, disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal.
Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan.
Ketiga, disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut.
Faktor penyebab
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). “Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal,” kata Sri. Sri menambahkan, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak buy generic drugs tersebut sudah berlangsung lama.
Faktor Penyebab Kurang Gizi
Sri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak.
Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. “Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama ntuk makan,” tutur Sri.
Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.
Selain itu, yang ketiga adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi.
Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. “Kurang gizi yang murni adalah karena makanan,” kata Sri. Menurut Sri, si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. “Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,” lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak.
Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
Upaya yang harus dilakukan
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya.
Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik.
Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobati penyakit-penyakit penyerta. (m-4)
sumber: gizi.net

Read more: http://doktersehat.com/2010/01/03/kurang-gizi-anak-faktor-seba/#ixzz1L0SSwXep

Rabu, 20 April 2011

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS
Siti Fadhilah,S.SiT
Tujuan Pembelajaran
Diakhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
1. menjelaskan Pengertianataudefinisi kebidanan komunitas
2. menjelaskan Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa negara lain
3. menjelaskan Fokusatausasaran kebidanan komunitas
4. menjelaskan Tujuan asuhan kebidanan komunitas
5. menjelaskan tentang bidan bekerja di komunitas
6. menjelaskan Jaringan kerja kebidanan komunitas
7. menjelaskan Visi Indonesia sehat 2010 sebagai landasan berfikir pelayanan kebidanan
PENGERTIAN/DEFINISI
Kebidanan berasal dari kata Bidan yang menurut International Confederation of Midwife (ICM) berarti seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan Praktik bidan.
Pengertian bidan menurut IBI adalah adalah seorang perempuanyang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister dan atauntuk secara sah mendapt lisensi ntukatau menjalankan praktik kebidanan.
Komuniti adalah sekelompok orang yang hidup dan saling berinterksi di dalam daerah tertentu, masyarakat atau paguyuban.
Jenis Komunitas :
1. Geografikal yaitu daerah
2. Administratif batasan otoritas pemerintahan
3. Fungsional7an sama
4. Ethnicmpy satu kultur dengan kultur lain
Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And Health, Bidan komunitas adalah praktisi bidan yang berbasis komunity yang harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan berkualitas, nasihatatausaran pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl dan bayi secara komprehensif.
Menurut Dari.J.H.Syahlan, SKM, Bidan community adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
Istilah bidan komunitas di Indonesia sering disebut ”bidan” saja.
RIWAYAT BIDAN KOMUNITAS
Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di institusi pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982) menggambarkan bahwa, jika persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan oleh bidan maka akan terjadi peningkatan kunjungan antenatal ,penurunan frekuensi Persalinan dgengan induksi, penurunan frekuensi Persalinan prematur, BBLR, IUGR, persalinan forsep, frekuensi SC dan pemeriksaan rutin Antenatal dan Intranatal di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masa kehamilan, persalinan dan nifas dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari childbirth tersebut.
SASARAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Kelompok masyarakat di komuniti merupakan sasaran bidan community, yang meliputi :
 Ibu
 Anak
 Keluarga
 Masyarakat
Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam Keluarga
TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN
 Ibu dan bayi sehat, selamat,keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat manusia
 Saling m’hormati penerima asuhan dan pemberi asuhan
 Kepuasan ibu, keluarga dan bidan
 Adanya kekuatan diri dari wanita dlm menentukan dirinya sendiri
 Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan
 Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas
PHILOSOPHY KEBIDANAN KOMUNITAS
 Bahwa proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang sangat wajar dan fisiologis sehingga asuhan yang diberikan meminimalkan intervensi dan tidak perlu di institusi
 Kebutuhan. Indvidu, wanita dan keluarga harus dihargai dan didukung.Kebutuhan tersebut berbeda-beda karena dipengaruhi. oleh lingk kepercayaan, sosial dan kultural
 Bahwa Pengalaman proses kehamilan dan persalinan bagi soleh wanita dan keluarga adalah berharga sehingga bidan komunitas harus menjaga supaya pengalaman tersebut menyenangkan
 Setiap wanita berhak untuk menentukan melewati persalinan di tengah keluarga atau/kerabat
 Asuhan er’kualitas adalah asuhan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan menyeluruh dg melihat aspek lingkungan
 Informed choise dan informed consent
 Kehamilan dan persalinan berasal dr masyarakat dan ada di masyarakat
BEKERJA DI KOMUNITAS
Pelayanan Kebidanan Komunitas :
 Dilakukan dengan pendekatan MANAJEMEN KEBIDANAN
 Dilakukan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan
 Pelayanan diberikan khususnya paa bumil, bulin, bufas
 Asuhan yang diberikan adalah asuhan berkualitas dan peningkatan kerja bidan (RS/komuniti)
PERAN BIDAN KOMUNITI
Membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal
1. Sbg pendidik
berupaya agar sikap dan perilaku komuniti di wilayah Kerjanya dpt berubah sesuai dengan kaidah kesehatan
2. Sebagai Pelaksana
Bidan hrs mengetahui dan menguasai IPTEK untuk melakukan kegiatan ;
Bimbingan terhadap kelompk remaja masa pra nikah
pemeliharaan kesehatan Bumil, nifas dan mass interval dalam keluarga
pertolongan persalinan di rumah
tindakan pertolpertama pada kasus kegawatan obstetri di keluarga
pemeliharaan kesehatan Kelompk wanita dengan gangguar reproduksi di keluarga
Pemeliharan kes anak balita
3. Sebagai PENGELOLA
Bidan sebagai pengelola kegiatan kebidanan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan, memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Bidan yang bekerja di komuniti harus mampu mengenali kondisi kesehatan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Kesehatan komuniti dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu sendiri maupun IPTEK serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
4 Sebagai PENELITI
Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan bukanlah seperti yang dilakukan oleh peneliti profesional. Dasar-dasar dalam penelitian perlu diketahui oleh bidan seperti pencatatan, pengolahan dan analisis data. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesa atas hasil analisisnya. Berdasarkan data ia dapat menyusun rencana dan tinakan sesuai dengan permasalahan yang ditemu. Bidan juga harus dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya tersebut.
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
 Pencegahan
 Skrinning/deteksi dini u/ dirujuk
 As. Kegawatdaruratan ibu & neonatal
 Pertolongan I pd penykt. Akut u/ kmd dirujuk
 Pengobatan ringan
 Asuhan pd kondisi kronis
 Pendidikan kesehatan
 M’tentukan keb. Kes
 M’tahankan & meningkt’k kesmas
PRINSIP PELAYANAN KEBIDANAN. KOMUNITAS :
 Pelayanan kebidanan adalah yan. Yang berdasarkan pada perhatian terhadap kehamilan,proses normal, ditunggu – tunggu wanita
 Informed choise
 Pendekatan dg tekhnologi seminimal mgkn
 Asuhan yang berkelanjutan/continuity of care
TEMPAT BEKERJA
 bekerja sendiri ( crok and flint, 1989)
 anggota tim PHC (primary Health Care) (marrsh, 1985)
 mengalami double/triple pekerjaan, bidan rs dan nakes di masy (smith, 1989)
 bekerja di rumah, klinik kesehata masyarakat, basis-basis pusat kesehatan dan RS
 bertanggungjawab untuk daerah yang sangat luas
Area Kerja Bidan Komunitas :
 Rumah
 Bidan Praktek perseorangan
 Rumah bersalin
 Klinik-klinik
 Puskesmas
 Posyandu
VISI MASYARAKAT SEHAT DAN MANDIRI MENUJU INDONESIA SEHAT 2010 SEBAGAI LANDASAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
MISI
 Meningkatkan status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan masyarakat
 Menanggulangi berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas
 Menyelenggarakan berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien.
 Meningkatkan peranserta dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan
 Menggalang berbagai potensi untuk penyelenggaraan program kesehatan masyarakat
TUJUAN
 Meningkatnya status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan masyarakat.
 Tertanggulanginya berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas.
 Terselenggaranya berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien.
 Meningkatnya peran serta dan kemandirian perorangan, keluarga dan komunitas dalam pemeliharaan kesehatan.
 Terhimpunnya sumberdaya dari masyarakat dalam mendukung penyelenggatraan progtram kesehatan masyarakat.
 Terlibatnya secara aktif berbagai pelaku dalam peningkatan derajat dan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat.
SASARAN
Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.
 Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.
 Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.
 Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.
 Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan pra upaya.
 Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau.
 Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan program kesehatan masyarakat.
 Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar mutu masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien.
 Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat.
 Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan pengarus-utamaan gender.
 Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana.
 Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan komitmen global.
 Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas dan masyarakat.
 Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan pendampingan.
 Pengembangan penelitian untuk dukungan program.
 Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program kesehatan masyarakat.













Konsep Dasar Kebidanan Komunitas
Posted by: putrikusumawardhani on: April 8, 2010
• In: Askeb Komunitas
• Comment!
BAB I
KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS
1. PENDAHULUAN
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu.
1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep dasar kebidanan komunitas dengan baik dan benar.
1. TIK(Tujuan Intruksional Umum) :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kebidanan komunitas.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat kebidanan komunitas di Indonesia.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sasaran/ sasaran kebidanan komunitas.
4. Mahasiswa mampu mejelaskan tujuan kebidanan komunitas.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana bidan bekerja di komunitas.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan jaringan kerja kebidanan komunitas.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan visi Indonesia Sehat 2010.
1. MATERI
1. Definisi Kebidanan Komunitas
Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata “bidan“. Menurut kesepakatan antara ICM; IFGO dan WHO tahun 1993, mengatakan bahwa bidan (midwife) adalah “seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh Pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktek kebidanan” (Syahlan, 1996 : 11).
Bidan di Indonesia (IBI) adalah “ seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri” (50 Tahun IBI).
Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 : 12).
Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem sosial.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).
1. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan komunitas” tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.
Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)
1.
Masyarakat

2. Fokus/ Sasaran Kebidanan Komunitas


Sasaran Utama
( Syahlan, 1996 : 16 )
Komuniti adalah sasaran pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. ( Syahlan, 1996 : 16 )
Ibu : pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.
Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.
Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok usila (gangrep).
Masyarakat (community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).
1. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu. ( Syahlan, 1996 : 15 )
1. Bekerja di Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu :
1. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
1. Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
1. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
1. Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
1. Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
1. Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
1. Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
1. Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 :
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.
1. Jaringan Kerja
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan, 1996 : 235)
Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing – masing, selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/ leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 : 11)
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya.
1. Visi Misi Indonesia Sehat 2010
1. Visi Indonesia Sehat 2010
Terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI.
1. Misi Indonesia Sehat 2010
Adapun Misi Indonesia Sehat 2010 adalah :
1) Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. ((Meilani, dkk, 2009 : 15)
Updating Visi & Misi Indonesia Sehat…..
1. RINGKASAN
Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit.
Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana factor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social tertentu.
Pembangunan kesehatan yang dimaknakan sebagai proses yang terus menerus dan progresif untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat tertuang dalam Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 yang merupakan salah satu tanggung jawab bidan di komunitas. Salah satu program yang didalamnya termaktub mengenai kebidanan komunitas adalah program upaya kesehatan. Adapaun salah satu sasaran dalam upaya kesehatan yang berhubungan dengan peran dan fungsi bidan adalah upaya untuk meningkatkan prosentase pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sesuai Quality Assurance, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 75 %, penanganan komplikasi obstetri 12%, pembinaan balita dan prasekolah menjadi 80 %, pelayanan antenatal, post natal dan neonatal menjadi 90 %.
1. EVALUASI DAN KUNCI
1. Jelaskan pengertian kebidanan komunitas !
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan
1. Jelaskan riwayat pendidikan kebidanan komunitas di Indonesia !
Pendidikan bagi bidan antara lain program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun 1996
1. Sebutkan sasaran pelayanan kebidanan komunitas !
Individu (ibu dan anak), keluarga dan masyarakat.
1. Jelaskan tujuan pelayanan kebidanan komunitas !
Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu


1. Sebutkan peran bidan saat bekerja di komunitas !
Peran sebagai pendidik, pengelola, pelaksana, peneliti, pemberdaya, advokat, kolaborator dan perencana.
1. Jelaskan jaringan kerja kebidanan komunitas !
Jaringan kerja kebidanan komunitas antara lain puskesmas/ puskesmas pembantu dimana bidan sebagai anggota tim, bisa juga di Polindes, Posyandu, BPS ataupun rumah pasien sebagai pemimpin tim sekaligus sebagai pengelola dan pelaksana.
1. Jelaskan visi Indonesia Sehat 2010 !
Terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI.
1. Sebutkan misi Indonesia Sehat 2010 !
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya
1. DAFTAR PUSTAKA
1. Varney H, Varneys Midwifery, Jones & Bartlet Publisher, London S:1997 (BA-1)
2. Depkes RI, 1999. Bidan di Masyrakat, Jakarta (BA-3)
3. Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan, Jakarta.
4. Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya. Yogyakarta.
5. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta.
6. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta

Senin, 28 Maret 2011

TUGAS KELOMPOK 6 DOKUMENTASI KEBIDANAN TENTANG INC
O
L
E
H

Alvi nora
Elsa agusti mandasari
Mulia prima putri
Wiwi engla sari

DOSEN PEMBIMBING
ELWIYAS

STIKES MERCUBAKTIJA







No TANGGAL WAKTU MASALAH SOAP
1 28 APRIL 2010 10.00 Nyeri pinggang menjalar keari ari subjectif
ibu mengeluh nyeri pinggang menjalar ke ari ari,keluar lendir bercampur darah
• Ibu mengatakan ini kehamilan ke2 HPHT 10 Agustus 2010
• Menarche saat umur 12 tahun,siklus 28 hari lamanya 6 hari
Objectif
• TD:120/70,ND:84x/menit,P:24x/menit,S:36,5C
• L I:TFU pertengahan pusat dengan px
• L II:PU – KA
• L III:Letak kepala
• TFU:30cm
• DJJ:135x/i
• Frek:4x dalam 10 menit
• Pembukaan 7-8cm
• Ketuban(+)
ASSESMANT
• Ibu menunjukkan tanda ingin bersalin(inpartu)
PLANNING
• Lakukan asuhan persalinan pada ibu
• Mengirangi rasa nyeri
• Personal hygien
• Pemantauan kemajuan persalinan
• Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
• Mempersiapkan peralatan persalinan






BIDAN


(Echawiwi NoramuLia)









Buatlah laporan kasus ini kedalam bentuk pendokumentasian SOAP dan lengkapi data.

Kasus 6 INC (kelompok 6)

Pada tanggal 28 april 2010 Ny.S dengan usia 26 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari ari,kelua lendir bercampur darah sejak 4 jam yang lalu.
Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang ke dua.Dengan HPHT 10 Agusrus 2009.
Riwayat menstruasi:menarche saat umur 12 tahun dengan siklus 28 hari,lama haid 6 hari,setelah
dilakukan hasil pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaannya yaitu:tekanan darah 120/70 nadi
84x/menit pernafasan 24x/menit suhu 36,5C.
Hasil palpasi :Leopold 1 :Pertengahan pusat – PX,teraba bokong janin, Leopold II:PUKA, Leopold
III:Letak kepala,TFU 30cm,DJJ135x/menit,irama teratur,intesitas kuat,his teratur dengan frekuensi 4
kali dalam 10 menit lama 40detik,pembukaaan 7-8cm,ketuban(+)
Pemeriksaan lain dalam batas normal,pemeriksaan panggul luar normal,pemeriksan labir HB 11 gram%.
Data yang lain silahkan dilengkapi.