Senin, 30 Mei 2011

PERSALINAN SUNGSANG

PERSALINAN SUNGSANG

Jenis Persalinan Sungsang
Persalinan pervaginam dibagi 3 (tiga), yaitu :
1. Persalinan Spontan.
2. Manual Aid.
3. Ekstraksi Sungsang.

Prosedur Pertolongan Persalinan Normal
1. Tahap pertama : Fase lambat, fase ini hanya untuk melahirakan bokong yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
3. Fase Ketiga : Fase lambat, karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) kedunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan.

Prosedur Manual Aid
1. Tahapan pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua, lahirnya bahu dengan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara / teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
 Klasik
 Mueller
 Lovset
 Bickenbach



Prosedur Ekstrasi Sungsang
Teknik Ekstraksi Kaki
 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia.
 Kedua tangan penolong memegang betis janin.
 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang dan jari lain didepan paha.
 Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir.
 Untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.
 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin dipakai teknik pegangan Femuro-Pelviks, sehingga badan janin ditarik kebawah sampai pusar lahir.
 Untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.

Teknik Ekstraksi Bokong
 Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong murni dan bokong sudah berada didasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
 Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan dipelipatan paha depan.
 Jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.
 Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Femuro-Pelviks, kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual.

Pennyulit
1. Sufoksia : terjadi pengecilan rahin sehingga teriadi bangghuan sirkulaso pleceuba dan menimbulkan anoksia janin.
2. Asfiksia Fetalis, mengecilnya uterus pada pada waktu badan janin lahir yang menimbulkan anoksia.
3. Kerusakan jaringan otak, trauma pada otak janin, khususnya pada panggul sempit atau adanya serviks yang belum membuka lengkap atau kepala kanin yang dilahirkan secara mendadak,. Sehingga muncul dekomprese.
4. Fraktur pada tulang-tulang janin :
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
 Fraktur tulang-tulang kepala.
 Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit.
 Paralisis brankialis.
 Fraktur femur
 Dislokasi bahu.
 Dislokasi panggul, terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi
 Hematoma otot-otot.
Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup berat maka perlu dilakukan evaluasi obstertrik dengan teliti sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam.

Prosedur Persalinan Sungsang Per Abdominan
 Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea merupakan cara yang terbaik.
 Tidak semua letak sungsang harus dilahirkan per abdominan karena sangat sukar untuk melakukan penilaian.
 Kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan letak sungsang harus dilahirkan per abdominan.
• Primigravida tua
• Nilai social janin tinggi
• Riwayat persalinan yang buruk
• Janin besar, lebih dari 3,5 – 4 kg
• Adanya kesempatan panggul
• Prematuritas

Sumber : Buku Ilmu Bedah Kebidanan




















PERSALINAN SUNGSANG
 Kaji ulang kondisi. Yakinkan bahwa semua kondisi untuk persalinan aman pervaginam terpenuhi.
 Berikan dukungan emosional.
 Persiapan sebelum tindakan : untuk pasien,penolong (operator dan asisten) kelahiran bayi.pasang infus.
 Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
 Lakukan semua prosedur dengan halus.

Bokong sempurna (fleksi) atau bokong dengan ekstensi kaki (Frank Brrech)
Melahirkan Bokong dan Kaki
 Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap, suruh ibu mnengedan bersamaan dengan his.
 Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomi.
 Biarkan bokong sampai scapula kelihatan.
 Pegang bokong hati-hati, jangan lakukan penarikan.
 Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan jalan :
• Tekan belakang lutut
• Genggam tumit dan lahirkan kaki
• Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
 Pegang pinggul bayi tetapi jangan tarik, dan lahirkan lengan dengan teknik Bracht.

Melahirkan Lengan
Lengan berada di dada bayi
 Biarkan lengan spontan satu demi satu. Jika perlu berikan bantuan.
 Jika lengan pertama lahir, angkat bokong kea rah perut ibu agar kedua lahir spontan.
 Jika lengan tidak lahir spontan, tempatkan 1 atau 2 jari di siku bayi dan tekan., agar tangan turun melewati muka.

Lengan lurus ke atas kepala atau terjungkit dibelakang kepala
 Gunakan perasat / cara Lovset

Badan bayi tidak dapat diputar
Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu belakang/posterior lebih dulu dengan jalan :
 Pegang pergelangan kaki dan angkat keatas.
 Lahirkan bahu belakang.
 Lahirkan lengan dan tangan
 Pegang pergelangan kaki dan tarik kebawah.
 Lahirkan bahu dan lengan depan.

Melahirkan Kepala
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau Smeilie Veit
 Masukkan tangan kiri penolong kedalam vagina.
 Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda (untuk penolong kidal letakkkan bayi diatas tangan kanan).
 Letakkan jari telunjuk dan jari manis pada maksila bayi dan jari tengah di mulut bayi.
 Tangan kanan memegang / mencengkeram tengkuk bahu bayi, dan jari tengah mendorong oksipital sehingga kepala menjadi fleksi.
 Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan gerakan memutar sesuai dengan jalan lahir.
Catatan : Minta seorang asisten menekan atas tulang pubis ibu sewaktu melahirkan kepala.
 Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) keatas untuk melahirkan mulut, hidung dan seluruh kepala.

Kepala Yang Menyusul
 Kosongkan kandung kemih.
 Pastikan pembukaan lengkap.
 Bungkus bayi dengan kain dan minta asisten memegangnya
 Pasang cunam biparietal dan lahirkan kepala dalam keadaan fleksi.
 Jika cunam tidak ada, tekan supraismfisis agar kepala fleksi lahir.

Bokong Kaki (Footling Breech)
Janin dengan presentasi bokong kaki, sebaiknya dilahirkan dengan seksio sesarea.

Ekstraksi Bokong
Dikerjakan pada presentasi bokong murni dan bokong sudah turun didasar panggul, kalla II tidak maju, atau keadaan janin/ibu yang mengharuskan bayi segera lahir.

Perawatan Pasca Persalinan

Sumber : BukuPanduan Praktis Pelayanan Kebidanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal

Jumat, 27 Mei 2011

KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI

Pengertian Kemitraan
Di Indonesia istilah kemitraan masih relative baru, namun dalam prakteknya istilah ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dengan istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya adalah kemitraan, yakni kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Selanjutnya gotong royong sebagai “praktek individual” ini berkembang menjadi koperasi, koalisi, aliansi, jejaring (net working), dan sebagainya. Istilah- istilah ini sebenarnya sebagai perwujudan dari kerjasama antar individu atau kelompok yang saling membantu, saling menguntungkan dan secara bersama-sama meringankan pencapaian suatu tujuan yang telah mereka sepekati bersama.
Pengertian kemitraan menurut Robert Davies, adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing- masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. (Notoatmodjo, 2003:105). Dari batasan ini ada tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a) kerjasama antara kelompok, organisasi, dan individu 2) bersama- sama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) 3) saling menanggung resiko dan keuntungan. Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut: 1) kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) saling mempercayai dan saling menghormati, 3) tujuan yang jelas dan terukur 4) kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya lain.
Konsep kemitraan yang diuraikan di atas, senantiasa diperhadapkan berbagai tangtangan atau hambatan dalam hal ini pelaku medis tradisional yaitu dukun bayi, salah satu penolong persalinan dan warga masyarakat yang banyak berperan dalam pertolongan persalinan (Kalangie, 1987, Foster 1969).
- Pengertian Dukun Bayi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992:205).
- Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang dengan persyaratan tertentu telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Pengertian Bidan ini mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relative sangat muda, dan pengalaman mereka juga belum banyak dan masih kurang dewasa. Sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan, masih diterima oleh masyarakat, maka tidak mustahil jika masyarakat lebih percaya menggunakan dukun bayi dibanding dengan bidan, dalam hal memeriksa kehamilan dan menolong persalinan.
- Pengertian Alih Peran
Tugas Bidan Di desa (BDD) adalah melakukan kerjasama dengan Dukun Bayi agar dapat mengambil alih persalinan yang semula ditangani oleh dukun bayi beralih ditangani BDD. Alih peran dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengalihan dan efektifitas dalam melakukan persalinan dan keselamatan bayi lahir yang pada umumnya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes)

Senin, 23 Mei 2011

Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu

Pemeliharaan kesehatan pada calon ibu :
1.Perkawinan sehat.
2.Keluarga sehat.
3.Sistem Reproduksi dan masalahnya.
4.Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.
5.Yankes pada anak.
6.Yankes reproduksi.

Perkawinan sehat

•Suatu perkawinan yang sehat diperlukan kesiapan fisik dan mental bahwa perkawinan bukan hanya sekedar hubungan suami istri tapi juga memberikan buah untuk menghasilkan keturunan dan bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan.

•Persiapan untuk sebuah perkawinan perlu disampaikan pada saat remaja sebagai calon ibu.

•Menurut UU perkawinan no. 1 tahun 1979 batasan usia menikah min. 16 tahun untuk perempuan dan min. 18 tahun untuk laki-laki. Sedangkan rancangan batasan umur menikah adalah min. 25 tahun untuk laki-laki dan min. 20 tahun untuk perempuan.

Keluarga sehat
Adalah keluarga ideal yang hidup dilingkungan sehat, berperilaku sehat dan mempunyai akses yang mudah pada yankes. Jumlah keluarga ideal adalah suami, isteri dan 2 anak.

Indicator potensi keluarga sehat
1.Tersedianya sarana air bersih dan jamban keluarga.
2.Lantai rumah bukan dari tanah.
3.Peserta KB (untuk PUS).
4.Memantau tumbang balita.
5.Tidak ada anggota keluarga yang merokok.

Sistem Reproduksi dan masalahnya

•Tidak semua remaja memahami sistem Reproduksi manusia, membicarakan nya dianggap tabu di Beberapa kalangan remaja.

•Gangguan sistem Reproduksi yang biasa terjadi dari mulai gangguan haid, kelainan sistem Reproduksi dan penyakitnya termasuk PMS/HIV.
Penyakit yang berpangaruh terhadap kehamilan dan persalinan
Beberapa penyakit perlu diwaspadai, terutama yang berpengaruh pada kehamilan dan persalinan karena akan menimbulkan komplikasi pada ibu dan janinnya.
Sikap dan prilaku pada masa kehamilan / persalinan
•Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada kehamilan dan oersalinan.
•Perubahan sikap dan perilaku yang dapat mengganggu kesehatan diantanya gangguan psikologi, emosi berlebihan bahkan mungkin terjadinya gangguan jiwa.
•Kehamilan yang tidak diinginkan berpeluang besar terhadap terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang merugikan kesehatan.
Pelayanan kespro PUS dan WUS
•WUS adalah wanita usia subur dengan batasan umur 15-49 tahun.
•PUS adalah pasangan suami dan istri yang dalam batasan usia subur.
•Perempuan merupakan kelompok rawan dalam kespro sehingga perlu perhatian Khusus.
•Peran dan tanggunga jawab laki-laki terhadap kesehatan perempuan.
•Pada saat sudah menarche itulah tanda wanita bisa hamil.
•Usia yang tepat untuk hamil, bersalin dan nifas adalah 25-35 tahun (Reproduksi sehat).
•Resiko Kematian wanita meningkat pada saat hamil, bersalin dan nifas, oleh karena itu perlu diwaspadai 3T, 4T, persalinan oleh dukun dan riwayat kesehatan ibu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan PUS dan WUS
•Prioritas pelayanan KB adalah PUS dan keadaan 4T.
•Tanggunga jawab dalam keikutsertaan berKB adalah tanggung jawab suami dan istri.
•Setiap merode kontrasepsi mempunyai keuntungan kerugian dan pelayanan KB harus memberikan nasehat dan konselingnya.
Pelayanan kespro pada menopause
•Masalah kespro pada lansia dirasakan oleh wanita Ketika masa suburnya berakhir (menopause) dan pada laki-laki Ketika mengalami disfungsi seksual dan kesuburan (andropause).
•Umur menopause pada wanita rata-rata 46-49 tahun dan andropause biasanya diatas 55 tahun.
•Biasanya wanita berusia 40 tahun haidnya tidak teratur dan dikatakan sudah tidak subur lagi oleh karena itu kemungkinan hamilnya kecil.
•4-5 tahun sebelum menopause disebut klimakterium dan wanita akan merasakan perubahan dalam tubuhnya. Tapi tidak semua wanita mengalaminya.
•Masalah kesehatan akibat menopause adalah hot fush, gangguan psikologi, gangguan panca indera, gangguan saluran kemih, kalainan kulit, rambut, gigi dll. Sedangkan dampak jangka panjang akibat Berkurangnya hormone estrogen adalah osteoporosi, kepikunan (dementia atau alzheimeir).
•Pencegahan masalah menopause antara lain pemeriksaan alat kelamin termasuk papsmear, perabaan payudara (sadari), hindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alcohol, olahraga dan refreshing.
Pelayanan kesehatan pada bayi dan balita
•Anak balita (0-5 tahun), BBL (0-28 hari) dan bayi (1-12 bulan) adalah Sasaran yang dilakukan bidan.
•Yankes yang diberikan mencakup tumbang dan keadaan kesehatannya.
Pelayanan kesehatan pada bayi
•Setelah masa neonates lewat, bayi sudah bisa dikatakan lewat masa adaptasi.
•Dilakukan kunjungan berkala pada BB oleh bidan, baik yang partusnya oleh bidan atau dukun.
•Pemantauan yang dilakukan disini yaitu perhatian terhadap tumbang (KMS) selain itu latihan pemberian makanan pendamping dan pemberian imunisasi dasar.
Pelayanan kesehatan pada bayi
•Dititikberatkan pada upaya preventif dan promotif daripada kuratif dan rehabilitatis.
•Pelayanan yang diberikan : pemeriksaan anak balita secara berkala, penyuluhan terhadap ortu menyangkut perbaikan gizi, kesling dan pengawasan tumbang, imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya, identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul dan cara menanggulanginya.

Selasa, 03 Mei 2011

GIZI BURUK

Kekurangan Gizi Masih Mengancam Balita Indonesia
Rabu, 27 April 2011 | 19:01 WIB
Besar Kecil Normal

TEMPO/Nickmatulhuda]
TEMPO Interaktif, Jakarta - Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di sisi lain, status gizi juga merupakan indikator pencapaian MGDs yaitu menurunkan balita kurang gizi dan konsumsi energi minimal. Gizi dibagi 2 yaitu gizi makro yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak, serta gizi mikro yang terdiri dari vitamin dan mineral.
"Masalah mal gizi mikro di Indonesia terutama vitamin A, yodium, anemi," ujar Dr Sandjaja, Kepala Riset Persatuan Ahli Gizi Indonesia saat temu wartawan dalam rangka kerja sama penelitian dengan Frisian Flag Indonesia, Selasa kemarin di Jakarta.

Kekurangan gizi adalah masalah yang membentuk lingkaran setan yang sulit diputus. Karena gizi buruk mengakibatkan kualitas kesehatan yang buruk sehingga mempengaruhi produktifitas seseorang. Sementara produktifitas menentukkan penghasilannya saat bekerja, yang artinya jika produktifitas rendah maka penghasilannya pun semakin rendah dan pada akhirnya menurunkan daya beli makanan bergizi.

"Penghasilan orang kurang gizi hanya 2/3 dari orang yang cukup gizi. Selain itu kurang gizi juga mempengaruhi IQ dan tinggi badan seseorang," ujar Sandjaja.

Berdasarkan riset kesehatan dasar 2010 terhadap anak Indonesia antara 0-4 tahun, lanjut Sandjaja, terdapat 18,4 persen yang mengalami kekurangan gizi. Sebanyak 9,8 persen anak kekurangan yodium, sebanyak 37 persen mengalami tumbuh pendek, dan sebanyak 13 persen anak Indonesia tergolong kurus.

"Permasalahan gizi hampir disemua negara sama yaitu karena konsumsi yang kurang dan penyakit. Konsumsi yang kurang biasanya karena pengetahuan orang tua ataupun akses perolehan makanan bergizi yang sulit," ungkap Sandjaja.

Daerah yang kondisi gizinya terparah di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimatan Barat, dan Papua Barat. Sedangkan daerah yang memiliki gizi paling baik adalah Yogyakarta dan Bali.

"Gizi makro yang paling kurang di Indonesia adalah proteinnya. Sedangkan gizi mikro yang masih kurang adalah vitamin A," pungkas Sandjaja. RENNY FITRIA SARI
GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
Tanda kurang gizi
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga.
Pertama, disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal.
Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan.
Ketiga, disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut.
Faktor penyebab
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). “Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal,” kata Sri. Sri menambahkan, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak buy generic drugs tersebut sudah berlangsung lama.
Faktor Penyebab Kurang Gizi
Sri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak.
Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. “Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri, terutama ntuk makan,” tutur Sri.
Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain.
Selain itu, yang ketiga adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi.
Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. “Kurang gizi yang murni adalah karena makanan,” kata Sri. Menurut Sri, si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. “Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,” lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak.
Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
Upaya yang harus dilakukan
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya.
Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik.
Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobati penyakit-penyakit penyerta. (m-4)
sumber: gizi.net

Read more: http://doktersehat.com/2010/01/03/kurang-gizi-anak-faktor-seba/#ixzz1L0SSwXep